JUARA III Essay Competitian at State University of Semarang


Pengumuman Juara

Selesai Presentasi
Jalan-jalan
Sebelum Pengumuman


Jalan-Jalan



Setelah kesulitan pasti ada kemudahan InsyaAllah. Setelah dinobatkan terbaik III pada penulisan Gagasan PPIPM UNP pada 18 September 2013, saat itu awal mulanya saya baru menduduki bangku kuliah di perguruan tinggi, Universitas Negeri Padang. Akhirnya Pada tahun 2014 Saya bersama rekan saya kak Ahmad Albi berhasil meraih Juara III Lomba Esai Tingkat Nasional Universitas Negeri Semarang. Alhamdulillah.

Walaupun sempat konflik saat menuju bandara karena ada orang yang tidak bertanggungjawab yang me-rem secara mendadak, plus motor baru kak *** lecet (Maafkan ya kak), dan sempat ketinggalan pesawat (Nangis darah dibandara, dan Wakil Dekan III Fakultas Bahasa dan Seni sempat menelepon orang LION, dan akhirnya Wakil Dekan berbaik hati sekali mengirimkan uang berangkat kembali DAN plus saya dimarahi dan dinasehati Oleh Dosen pembimbing yang baik hati sekali Ms. Leni Marlina. Hingga akhirnya ketika uang sudah ditransfer oleh bagian keuangan FBS, Kabar gembirapun datang, saya bisa di over ke penerbangan
yang lain (    Terima kasih LION). 

Penerbanganpun dimulai, lalu transit di Jakarta, hingga akhirnya sampai di Semarang jam 22.30, menunggu di bandara kira-kira 1 jam, OMG. Perut terasa lapar campur aduk, dan akhirnya ketika panitia datang keliling setengah jam, baru deh ke tempat makan (Makasih kakak) Jujur lapar plus mengantuk banget. Sampai di penginapan pukul 23.00 lewat, pengen tidur namun mengingat bahan prototype plus POWERPOINT belum selesai, akhirnya tanpa pikir panjang saya langsung tidur. #JujurMengantukPLUSPLUS. 

Tanpa disadari ketika terjaga jam menunjukan pukul 03.00, langsung tersentak dan mengerjakan bahan presentasi ketika semua orang terlelap pulas. Mengingat presentasi dimulai pukul 07.30 saya pun ngebut dan akhirnya 20 menit berjalan Piss LAMPU MATI. Akhirnya hidupkan laptop, handpone sebagai penerang, tidak berapa lama panitia datang (Terima kasih panitia yang super keren). 

Akhinya tibalah waktunya di kampus UNNES untuk Presentasi, sepanjang PRESENTASI saya sibuk buat prototype. ULALA. Dan akhirnya diberi Allah kesempatan untuk presentasi setelah Shalat Jumat, Bersyukur. bisa mempersiapkan diri lagi, walaupun waktu jumatan malah dipakai buat jalan-jalan keliling UNNES  bareng finalis cewek, berhubung Powerpoint sudah selesai dan sudah di kumpul jam 08.00 kepada panitia, DAN ternyata Powerpoint salah kasih, Cara memainkannya tidak ada karena baru di edit, DAN TERNYATA Powerpoint TIDAK BISA DIGANTI. piss sesuatu.
Namun tidak mengapa akhirnya setelah kesulitan ada kemudahan

0 komentar:

Hello there! I am Halima. I have some hobbies; blog writing, reading, puisi creator on youtube, editing photo and video. Hope you enjoy in my own Sunrise & Sunset.

Happy Birthday Fri

Gambar oleh Daria Obymaha dari Pixabay

Sebelum bulan ini tertidur, dan membangunkan bulan baru sebagai bulan lahirmu, aku lantas lebih dulu menyiapkan puisi untukmu. Aku mengecap bibirku, sembari mengingat panggilanku untukmu—K-a-k. Asing sekali bukan, asingnya melebih kebingungan yang dengan cepat kau datang menawarkan bantuan. Masih sangat rapi di ingatanku, tapi kau harus percaya bahwa aku tak menyusunnya, dan aku juga harus memberi tahu-mu bahwa ingatanku tak begitu baik, mungkin ini terlanjur. Terlanjur untukku mengingatnya. Dan kau tenang saja, setiap moment indah, itu sungguh sangat rapi. Aku berharap kelak bisa memanggilmu dengan sebutan masalalu kepada seseorang yang begitu beda denganmu; aku memanggilnya kacang rebus (KR) ; kadang jua aku memanggilnya itemm. Dia juga punya nama sebaik nama untukku.

            Jam berdenting cepat dari yang kuduga, aku malah membicarakannya di hari menuju lahirmu. Ini sangat tak logis, begitu kau selalu menyebutnya—sama saja aku tak memanagenya sama seperti katamu ketika itu. Sering sekali kita menjadi tak nyambung dan aku masih mengingatnya. Tapi sebelumnya aku memang tak suka mengingat yang tak berkesan, kau sudah tentu bisa menduganya. Maaf, dari tadi aku menyebutmu kau. Kali ini aku tak ingin memanggilmu dengan sebutan kakak. Aku harap tak mengapa. Akupun bingung mengapa—dan aku lupa menanyakanmu apa saja orang memanggilmu. Aku bingung memanggil namamu, sejauh ini aku selalu tak ingin sama sebab itu tak romantis. Tapi aku bukan orang yang romantis, hanya saja aku tak ingin memanggil namamu sama. Sudahlah, lama sekali aku memikirkan.

            Fri, aku ingin memanggilmu Fri. Nama deret terakhir dari nama panggilanmu. Aku berharap bisa menjadi orang terakhir yang kau ingat. Kau pasti bertanya mengapa aku tak memilih jadi yang pertama? karena aku tak ingin ketika kau selesai mengigatku, kau masih mengingat yang lain. Cukup sederhana alasanku. Kak, eh maksudku Fri. Fri, semoga kau tak sedang menunggu siapa orang pertama yang mengucapkan Selamat Ulang tahun kepadamu, seperti kebanyakan yang orang lakukan. Kau akan berfikir ketika seseorang yang sangat dekat denganmu dan kau anggap teman berucap tepat dan sangat tepat waktu—selamat ulang tahun. Kau akan mengira dia memiliki rasa sehingga bersedia menunggu bulan baru tepat kelahiranmu. Berarti kita sama, akupun pernah melakukan demikian. Tapi aku harap di malam yang tenang ini kau tak sedang menunggu itu, karena aku mengucapkannya tak tepat dan bahkan sangat telat.

            Fri, di malam menuju lahirmu ini aku ingin memberi tahu-mu, bahwa kau adalah orang kedua yang pernah aku tuliskan, setelah dia yang pernah aku ceritakan. Selama perjalanan aku menulis dan itu baru dua—sebab hatiku tak begitu mudah bahkan sulit; jatuh cinta. Kau dengar suara hujan ini, suara ini adalah puisi sang pencinta yang tak terjamaah. Seperti yang pernah kita ceritakan.

            Di malam yang penuh suara hujan ini, aku menatap foto yang gambarmu ada di dalamnya. Namun sepintas aku segera menutupnya. Aku takut jatuh cinta. Sepintas juga ternyata matamu begitu teduh seperti matanya. Maaf jika aku masih membawa dia; tapi sungguh tak ada yang mirip. Fri kau tau aku sudah menceritakmu kepadanya. Maaf, jika aku tak memberi tahumu lebih dulu. Dia berkata dan merasa dirimu lebih baik darinya. Ya, memang kau lebih baik darinya; sempurna di mataku. Dan dia pun sempurna lebih awal di mataku.

Eh, maaf aku kembali menceritakan sesuatu yang nilainya luka di hatiku, sudahlah.


            Fri, kau tak sedang menunggu kan? Aku harap kau tak menunggu apapun, atau ada hal special yang paling kau nantikan? Seperti perihal penantianku di malam menuju hari lahirku, benarkah? Kau menanti seseorang yang kilaunya tepat di hatimu jua di mata cokelatmu? Ahh, kau sama saja dengannya—sama-sama membuatku menyimpan tanya lalu membiarkanku menjawabnya sendiri. Itu sama halnya kau menyuruhku melukis luka di hatiku sendiri. Aku harap itu hanya sebuah rilisanku yang tak selesai.

            Malam ini 24.01, 01 April 2014 ini adalah teng pada hari yang paling kau nantikan, aku harap kau bahagia. Drrr…Drrr……. Alaramku berbunyi yang seketika membangunkan ku dari hayalan tentangmu—Selamat ulang tahun Kak. Ini alaram yang aku buat sebelum pertemuan kita  yang ke tiga kali. Setelah lama sekali aku di sini, di ranah Minang ini dan pertemuan itu hanya 4 kali. Aku harap pertemuan setelah ini kau masih sendiri, seperti katamu kita sepakat untuk tak ada yang mengikat. Happy Birthday Fri, di hari yang umurmu genap ini semoga kau semakin sukses untuk segala yang kau impikan dan mimpi yang belum sempat kau gapai—Happy Birthday Fri, semoga di umurmu yang kejap bertambah kau tak banyak berubah—terlebih aku sebagai adik B-i-m-b-i-n-g-a-n—mu. Begitu katamu, aku adik bimbinganmu. Sekedar adik bimbingan Fri dan tak lebih, sehingga aku tak bisa mengambil tempat teristimewah di hatimu. Serasa aku sedang melukis luka tepat di mataku yang pernah memotret senyummu.

            Fri, mataku dan matamu; terlebih senyumku dan senyummu—aku menghitung itu sering bertemu. Ibarat kita yang hanya bertemu 10 menit tapi mataku dan matamu terlebih senyumku dan senyummmu itu terhitung 20 kali Fri, akupun tidak pula merencanakan itu sebelumnya, memang kita tidak pernah bertemu lebih dari 1 jam. Pernah; pada saat Ulang Tahun Organisasi yang kita sama di dalamnya. Apa karena kita sama-sama ramah Fri? Jujur aku tidak begitu ramah Fri, tapi kadang aku suka blak-blakan dan begitu nyambung; aku juga banyak bicara Fri, kau pasti tidak tau. Sebab di dekatmu semua yang ingin aku ceritakan, semua itupun berubah diam menjelma senyum, Fri. Aku begitu sangat lugu bila bertemu denganmu. Aku seperti Peri yang buruk rupa menatapmu dari pepucuk rerantingan. Aku sangat malu, dan ingin bersembunyi—tapi tak bisa melewatkan senyummu, lantas akupun hanya menahan saja.

            Fri, aku harap pertemuan yang akan datang kaupun masih sendiri, seperti kita yang sepakat untuk tak ada yang mengikat. Fri, ya aku harap demikian. Aku masih ingin menukar senyum denganmu sebelum kau menyinggahi hati wanita yang tepat dan pantas di hatimu. Setelah itupun aku tak akan merasa kau menyuruhku melukis luka di hatiku sendiri seperti lelaki yang pernah kau dengarkan, karena akupun akan memantaskan diri dengan lelaki yang menungguku—di negeri dongeng yang belum pernah aku ceritakan. Tapi kelak kau juga akan tau, setelah kita sepakat untuk saling membagi—meski tak membagi hati tak pula cinta, sebab kitapun punya tempat persinggahan terakhir yang akan kita kunjungi, begitukan Fri? Eh, maksudku Kak. Begitu kan, kak?









0 komentar:

Hello there! I am Halima. I have some hobbies; blog writing, reading, puisi creator on youtube, editing photo and video. Hope you enjoy in my own Sunrise & Sunset.